Sunday, June 12, 2011

SHALAT DALAM AL-QUR'AN

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah, keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga hari akhir.

Pembaca sekalian, shalat adalah amalan yang paling penting dalam islam. Jika shalat seseorang baik, maka baik pula seluruh amalnya. sebaliknya, jika shalat seseorang buruk, maka urusannya yang lain pun semakin buruk. Dengan kata lain, shalat merupakan barometer keislaman seseorang.

Fenomena yang terjadi sekarang menunjukkan bahwa banyak orang yang shalat dengan sal-asalan tanpa menghadirkan kekhusukan. Ia hanya shalat dengan serangkaian bacaan dan gerakan, tanpa pemaknaan. Karenanya, banyak pula kita temukan orang yang rajin shalat, tapi ia juga rrajin mencuri sandal di masjid. Banyak pula kita temukan orang yang shalat, tapi ia selalu menyakiti tetangganya. Seakan shalat yang ia lakukan tidak meberi pengaruh apa-apa. Padahal, hal itu tidak akan terjadi jika ia mendirikan shalat dengan sempurna, seperti menghadirkan kekhusyukan dan merenungi bacaan didalamnya.
Pada waktu yang sama, pengaruh shalat bagi seirang hamba dapat dilihat dari kualitas shalatnya. Kasus seperti di atas menunjukkan bahwa shalat sebagian orang baru sebatas dapat menggugurkan kewajiban dan belum menghasilkan pahala. Dengan kata lain, shalat yang seperti itu adalah shalat yang tidak diterima dan tanpa pahala alias sia-sia. Mengapa ? Karena meskipun sudah shalat, tapi ternyata ia tidak mendapatkan apa-apa.
Oleh karena itu, di sini saya mengajak para pembaca untuk lebih memaknai shalat dan menghindari amalan-amalan yang dapat membuatnya sia-sia. Dengan demikian, shalat sebagai barometer keislaman seseorang bisa benar-benar berfungsi sebagaimana mestinya.
Semoga hadirnya bacaan ini bermanfaat bagi kita semua dan menjadi amal jariyah bagi penulisnya. akhir kata, walhamdulillahirabbil'alamin.


Berdasarkan hasil pencarian dari program Al-qur'an, ternyata kata ash-shalah terdapat dalam 58 ayat yang tersebar di berbagai surah. Sementara, ayat yang membahas tentang shalat dengan berbagai bentuknya, ada sekitar 99 ayat. Dalam berbagai ayat tersebut, dapat kita ketahui bahwa shalat memiliki kedudukan yang agung dalam agama islam. Di antara kedudukan tersebut ialah :  

Allah telah mewajibkan shalat kepada umat sebelum kita

Allah telah mewajibkan shalat kepada umat-umat sebelum kita istilah yang digunakan pun sama, yakni shalat.   Meskipun, tata caranya berbeda. Hal ini dapat kita baca dalam beberapa ayat seperti berikut :

"Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku." (Ibrahim : 40)   
                                                            
Ayat di atas merupakan permohonan Nabi Ibrahim kepada Allah agar menjadikan anak keturunannya sebagai orang-orang yang tetap mendirikan shalat. Shalat juga telah diperintahkan kepada Nabi Musa dan Isa sebagaimana firman Allah :                                                                                                     

"Dan Aku telah memilih kamu (Musa), maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya, Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku (Thaha : 13-14)                       
  
"Dan Dia menjadikan aku (Isa) seorang yang diberkati dimana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup." (Maryam : 31)

Allah mewajibkan shalat kepada Nabi Muhammad dan umatnya


Allah juga mewajibkan shalat kepada Nabi Muhammad sebagaimana Dia telah mewajibkannya kepada nabi-nabi terdahulu. Hal ini ditegaskan Allah dalam surah Al-Ankabut ayat 45 :

"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-qur'an) dan dirikanlah shalat..."

Demikian pula, Allah menjelaskan bahwa shalat adalah kewajiban bagi orang-orang beriman sebagaimana dalam firman-Nya :


"Sesungguhnya, shalat adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman." (An-Nisa : 103)

    Kewajiban Shalat tetap berlaku dalam segala keadaan

    Kewajiban shalat tidak gugur karena bepergian atau pindah ke suatu tempat. Selama nyawa masih di kandung badan maka kewajiban shalat tidak akan lepas dari diri seseorang Muslim. Tinggal di tempat yang gersang tiada air atau negara kafir, misalnya, tidak bisa menjadi alasan bagi seseorang untuk meninggalkan shalat. Sakit dan musibah apa pun tidak dapat mencabut kewajiban shalat dari seseorang Muslim. Bahkan, dalam kondisi perang sekalipun, shalat tetap diwajibkan. Allah berfirman :


    "Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu mengashar shalat(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu." (An-Nisa : 101)

    Shalat dapat mencegah maksiat

    Allah berfirman :
    "Sesungguhnya, shalat itu mencegah dari (peruatan-perbuatan) keji dan mungkar." (Al-Ankabut : 45)

    Ayat ini menjelaskan bahwa shalat yang dilakukan dengan sempurna dapat mencegah kita dari melakukan maksiat dan hal-hal yang diharamkan. misalnya, Shalat dengan menghadirkan kekhusyukan dan merenungi makna bacaan-bacaannya.
    Karena, menurut Abul'Aliyah sebagaimana yang dikutip Ibnu Katsir dalam tafsirnya, shalat seperti itu memiliki tiga ciri. Pertama, ikhlas dalam melaksanakannya sehngga dapat memerintahkan kebaikan. Kedua, menghaadirkan rasa takut kepada Allah sehingga dapat mencegah dari kemungkaran. Dan Ketiga, membaca zikir atau Al-Qur'an didalamnya yang akan memerintahkan berbuat baik dan mencegah berbuat yang mungkar.

    Shalat bertujuan untuk menggingat Allah

    Allah berfirman dalam surah Thaha ayat 14 :
    "Sesungguhnya, Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku."

    Menurut Ibnu Katsir, makna "dirikanlah shalat untuk mengingatku" ialah shalatlah untuk mengingat-Ku. Atau, kita diperintahkan mendirikan shalat saat kita teringat. Misalnya, ketika ketiduran atau lupa.

    Menjaga shalat berakibat di dunia dan mati masuk surga
    Sungguh beruntung orang beriman yang khusyuk dalam shalatnya. Inilah kabar gembira langsung dari Allah yang menjamin kebahagiaan di dunia bagi orang yang mendirikan shalat dengan khusyuk. Allah berfirman :

    "Sesungguhnya, beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya." (Al-Mu'minun : 1-2)

    Di samping itu, Allah juga menjamin kebahagian di akhirat bagi orang yang menjaga shalatnya dengan memasukkannya ke surga Firdaus. Hal ini sebagaimana termaktub dalam surah Al-Mu'minun ayat 9 sampai 11 :

     "...dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi. Yaitu, yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya."

    Shalat menjauhkan diri dari sifat tercela 

    Manusia memiliki dua potensi yang senantiasa melekat pada dirinya. Yakni, potensi kebaikan dan keburukan. Bahkan, Allah telah memberitahukan bahwa manusia diciptakan dengan membawa sifat dasar keluh kesah lagi kikir. Jika ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah dan jika mendapat kebaikan ia amat kikir.
    Meskipun mayoritas manusia menyandang sifat tercela tersebut, tetapi Allah mengecualikan orang-orang yang dilindungi dan diberi petunjuk oleh-Nya. Orang-orang tersebut adalah orang-orang yang mendirikan dan menjaga shalatnya. Allah berfirman :

    "Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat." (Al-Ma'arij : 19-22)

    Shalat dapat meringankan musibah

    Terkadang kehidupan seorang hamba diliputi dengan kenikmatan yang berlimpah ruah sehingga hal itu menuntutnya untuk bersyukur. Terkadang pula, kehidupannya diselimuti berbagai musibah yang menuntutnya untuk tabah memikulnya. Dan, sebaik-baik cara agar kuat dan tabah memikul segala musibah adalah dengan sabar dan shalat. Allah berfirman :

    "Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (Al-Baqarah : 153)

    Shalat hanyalah untuk Allah

    Dalam pangdangan islam, shalat, ibadah, hidup, dan mati seseorang harus hanya dipersembahkan untuk Allah. Ia berbeda dengan paham nasionalis yang mempersembahkan jiwa raga seseorang untuk suatu negeri atau paham yang mengandung syirik lainnya. Seorang mukmin mendirikan shalat hanya untuk Allah, bukan untuk tujuan lain. Allah berfirman :


    Katakanlah, "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam." (Al-An'am : 162)

    Orang-orang yang lalai dalam shalat akan disiksa

    Orang yang lalai dari shalatnya diancam dengan siksaan yang menunggunya. Kata Ibnu Katsir, lalai yang dimaksud bisa mencakup tiga hal. Pertama, senantiasa atau sering mengundur-ngundur waktu shalat. Kedua, lalai dari syarat dan rukun yang diperintahkan. Ketiga, tidak khusyuk dantidak menghayati makna-makna yang terkandung didalamnya. Hal ini sebagaimana ditegaskan Allah dalam firman-Nya :


    "Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya." (Al-Ma'un : 4-5)


    Orang yang menyia-nyiakan shalat akan rugi di akhirat

    Orang yang menyia-nyiakan shalat, baik dengan meninggalkannya, meremehkannya, maupun mengundur-ngundur waktunya, maka ia akan rugi di akhirat. Allah berfirman :


    "Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan." (Maryam : 59)

    Orang yang menyia-nyiakan shalat dan menuruti hawa nafsunya tersebut, menurut Syaikh As-Sa'di dalam tafsirnya, akan mendapatkan siksa yang kerasnya berlipat ganda. Atau, kata Syaikh Abu Bakar Al-Jazairi, orang tersebut akan dimasukkan ke sebuah sumur yang terdapat di neraka jahannam. Na'udzubillahi min dzalik.

    Shalat merupakan wasiat terpenting orang tua kepada anak-anaknya


    Pada zaman akhir seperti ini, jarang sekali orang tua yang selalu mengingatkan anak-anaknya untuk mendirikan shalat. Aneh sekali, mayoritas orang tua memiliki 'toleransi' yang berlebihan dalam masalah ini. Bahkan, kadang-kadang ada orang tua yang tidak peduli apakah anaknya sudah shalat atau belum.


    Padahal, shalat adalah tiang agama dan bukti ketaatan terbesar kepada Allah. Jika seseorang telah meremehkan shalat, maka ia pun akan lebih meremehkan urusan yang lain. Seharusnya kita meneladani Lukman yang berwasiat kepada anaknya seperti dalam firman Allah berikut ini :


    "Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya, yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)." (Lukman : 17)


    Dalam ayat tersebut Lukman memberikan beberapa wasiat bermanfaat kepada anaknya. Salah satu wasiat tersebut adalah shalat. Maka, seyogyanya orang tua lebih memperhatikan keadaan agama anaknya. Karena, hal itu akan menyelamatkannya di dunia dan akhirat.


    Mendirikan shalat adalah ciri orang bertakqwa

    Di antara ciri orang yang bertaqwa ialah orang yang mendirikan shalat. Yakni, orang yang mendirikannya secara teratur, dengan melengkapi syarat-syarat, rukun-rukun, dan adab-adabnya, baik yang lahir maupun yang bathin. Misalnya, khusyuk, memperhatikan apa  yang dibaca, dan sebagainya.

    Hal ini tergambar jelas dari firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 2-3 berikut ini :

    "Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka."


    Malas mengerjakan shalat adalah ciri orang munafik

    Ciri yang kasat mata dari seorang munafik ialah ia mendirikan shalat dengan bermalas-malasan. Hal itu karena tidak ada niat di dalam hatinya untuk mendirikan shalat, tidak ada keyakinan terhadapnya, tidak khusyuk, dan tidak mengetahui maknanya. ia tidak mengharapkan pahala dari shalatnya dan tidak pula berkeyakinan bahwa meninggalkannya akan mendapatkan siksa. Ia hanya bermaksud riya di hadapan manusia. Allah berfirman :


    "Sesungguhnya, orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali." (An-Nisa : 142)



    Orang yang meninggalkan shalat tempatnya di neraka

     Di akhirat kelak, orang beriman yang tidak mengerjakan shalat akan masuk neraka. Ketika ditanya, "Dosa apa yang membuatmu masuk neraka?," mereka menjawab, "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat." Allah berfirman :


    "Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?"Mereka menjawab, "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat." (Al-Mudatstsir : 42-43)

    Pembahasan tentang shalat dalam Al-Qur'an saya cukupkan sampai di sini. Saya yakin di sana masih banyak hal yang bisa kita gali dari ayat-ayat Al-Qur'an. Pada dasarnya, shalat memiliki kedudukan yang agung dalam Islam. Saking agungnya, kewajiban ini tidak pernah gugur di mana pun, kapan pun, dan dalam situasi bagaimana. Semoga hal ini bisa menjadi pengingat bagi kita semua.

    No comments:

    Post a Comment