Wednesday, September 28, 2011

Strategi Pemasaran


Terdapat perbedaan yang mencolok strategi pemasaran yang dilakukan setiap orang dalam memasarkan produknya baik yang menggunakan jalur media online maupun offline. Ini terlihat dari cara mereka menyampaikan produk kepada calon konsumen dengan style dan ciri khas mereka masing-masing, ada yang bersifat sporadis tak jarang kalem tapi mematikan. Istilah yang salama ini sering digunakan adalah hard selling dan soft selling. Sebelum membahas lebih jauh antara strategi pemasaran hard selling dan soft selling ini, ada baiknya kita mengetahui apa pengertian dari keduanya. Hard selling berarti menjual secara keras atau lebih mudahnya langsung ke pokok permasalahan yakni langsung ke penawaran, sedangkan soft selling sendiri menjual secara halus atau secara tidak langsung. Untuk lebih jelasnya, berikut penjelasannya:

# Hard Selling
Dalam pemasaran online kita bisa jumpai hard selling ini di berbagai iklan di internet seperti misalnya di web-web iklan baris maupun di hasil pencarian seacrh engine pada suatu keyword. Ciri-cirinya adalah kata-kata yang digunakannnya biasanya bombatis, langsung ke inti permasalahan dan sifatnya yang cenderung provokatif. Hard selling dalam bisnis online juga sering diterapkan dalam sales letter. Sebagai contoh bisa Anda lihat web sales bapak Joko Susilo tepatnya di: Formula Bisnis dan Rahasia Blogging. Coba Anda perhatikan kedua web sales tersebut, bagi sebagian orang yang awam dengan kata-kata dan bahasa marketing di dalamnya, pastilah mereka akan tergiur dan mengikuti apa yang ada di dalamnya. Hard selling sendiri bisa digunakan oleh siapa saja baik dari sudah sangat profesional bahkan yang masih amatiran sekalipun. Tapi jelaslah, walaupun keduanya sama-sama menggunakan strategi hard selling, hasilnya bisa jauh berbeda. Ini dikarenakan tingkat pemahaman mereka terhadap pasar dan pengalaman mereka dam dunia marketing berbeda.


# Soft Selling
Lain hard selling lain pula dengan strategi pemasaran soft selling. Walaupun tujuannnya berjualan tapi seolah tidak terlihat berjualan. Ini dikarenakan cara yang digunakan sangat halus sekali dan jauh dari kata-kata provokatif sebagaimana sebelumnya. Keunggulan menggunakan strategi soft selling sendiri adalah menumbuhkan kepercayaan (branding) konsumen terhadap sang penjual produk tersebut, yang efeknya untuk membangun penjualan yang awet dan jangka panjang. Ciri-cirinya adalah soft selling dilakukan secara halus, jauh dari provokasi dan banyaknya sifat edukasi dalam iklan yang disampaikan. Terkadang dengan mengungkapkan latar belakang terlebih dahulu akan manfaat produk yang akan dibeli dan menyebutkan keuggulan-keunggulan dibanding produk lain yang sejenis. Strategi pemasaran seperti ini bisa Anda jumpai di web-web yang mereview suatu produk, di artikel-artikel, blog, bahkan sekarang yang populer adalah di Facebook. Tak jarang saya pribadipun sering mendapat pembeli dari Facebook. Tentunya dengan kombinasi cara yang bervariasi, dari soft selling lantas dalam kurun waktu tertentu diselingi dengan hard selling, semua dengan memperhatikan kondisi dan branding yang kita bawa di situs social tersebut. Lantas bagaimanakah menentukan yang terbaik ? Dan strategi pemasaran manakah yang seharusnya kita gunakan ?

Jawabnya sederhana, kombinasikan keduanya.
Dengan memadukan strategi keduanya, selain kita mempunyai situs penjualan yang kontennya langsung berupa penjualan (hard selling), yang tak kalah penting adalah adanya edukasi terhadap produk yang kita pasarkan (soft selling). Dengan begitu, calon konsumen tidak hanya mengenal kita dari satu sisi saja, melainkan juga dari sisi yang lain. Yakni sebagai partner setia yang tidak hanya menjual produk saja, tapi juga bisa memberi sesuatu yang banyak memberi manfaat bagi konsumen tersebut walau dengan tanpa membelinya. Dengan begini akan tercipta hubungan yang langgeng dan secara tidak langsung akan tumbuh dengan sendirinya yang namanya branding.

No comments:

Post a Comment